Sunday 5 February 2012

Hidupmu Adalah Karya Yang Harus Kau Kerjakan

Seorang tukang kayu tua bermaksud
pensiun dari pekerjaannya di sebuah
perusahaan konstruksi real estate. Ia
menyampaikan keinginannya tersebut
pada pemilik perusahaan. Tentu saja,
karena tak bekerja, ia akan kehilangan
penghasilan bulanannya, tetapi keputusan
itu sudah Bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin
beristirahat dan menikmati sisa hari
tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.Pemilik
perusahaan merasa sedih kehilangan
salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu
memohon pada tukang kayu tersebut
untuk membuatkan sebuah rumah untuk
dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui
permohonan pribadi pemilik perusahaan
itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa.
Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-
ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia
cuma menggunakan bahan-bahan
sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah
yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik.
Sungguh sayang ia harus mengakhiri
kariernya dengan prestasi yang tidak
begitu mengagumkan. Ketika pemilik
perusahaan itu datang melihat rumah
yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah
kunci rumah pada si tukang kayu.
“Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah
dari kami.”
Betapa terkejutnya si tukang kayu.
Betapa malu dan menyesalnya.
Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia
sesungguhnya mengerjakan rumah untuk
dirinya sendiri, ia tentu akan
mengerjakannya dengan cara yang lain
sama sekali. Kini ia harus tinggal di
sebuah rumah yang tak terlalu bagus
hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita.
Kadangkala, banyak dari kita yang
membangun kehidupan dengan cara yang
membingungkan. Lebih memilih berusaha
ala kadarnya ketimbang mengupayakan
yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian
terpenting dalam hidup kita tidak
memberikan yang terbaik. Pada akhir
perjalanan kita terkejut saat melihat apa
yang telah kita lakukan dan menemukan
diri kita hidup di dalam sebuah rumah
yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak
semula kita akan menjalani hidup ini
dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang
kayu. Renungkan rumah yang sedang kita
bangun. Setiap hari kita memukul paku,
memasang papan, mendirikan dinding
dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita
dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya
mengerjakannya sekali saja dalam
Seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup
satu hari, maka dalam satu hari itu kita
pantas untuk hidup penuh keagungan dan
kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih
jelas lagi.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan
pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari
perhitungan adalah milik Tuhan, bukan
kita, karenanya pastikan kita pun akan
masuk dalam barisan kemenangan.
Published with Blogger-droid v2.0.1

No comments:

Post a Comment