Friday 27 January 2012

Manungso Sejatine Manungso

Manusia harus jadi
“Manungso sejati, sejatine manungso”, di
mana nurani sebagai titik dan sumber
tuntunan bagi kehidupan, sedangkan pikir
sebagai alat untuk menjalankan tuntunan
Illahi tersebut.

Dengan menyelaraskan batin, pikiran,
ucapan dan perbuatannya, manusia akan
menjadi manusia menurut kodrat Illahi.
Sukma merupakan percikan Illahi, sebagai
utusan Sang Pencipta (Ha- Hananira,
wahanane Hyang). Pada hakehatnya bila
manusia telah mampu menyelaraskan dan
menyamakan antara batin, pikiran, ucapan
dan perbuatannya, manusia tersebut telah
mencapai alam makrifat. Manusia tersebut
mampu berada posisi “Jumbuhing kawulo
gusti”. Berarti manusia itu mampu menjadi
seorang pemimpin (gusti = bagusing ati).

Dengan laku tapabrata yang sebenarnya
seperti di atas, manusia kembali pada
asalnya, hal ini dalam budaya Jawa disebut
“Sangkan paraning dumadi”. Hakekat
kehidupan manusia sama dengan ciptaan
lainnya, menurut hukum ekosistem. Dalam
budaya Jawa dikenal dengan “Cakra
manggilingan”. Bila manusia mampu
meletakkan batin, pikiran, ucapan dan
perbuatannya sama, maka tidak ada lagi
tuntunan lain kecuali tuntunan Sang Pencipta
lewat batin/nuraninya . Swara dalam batin
itulah yang disebut Swara Sejati.
Published with Blogger-droid v2.0.1

No comments:

Post a Comment